REST AREA GUNUNG GUMITIR KALIBARU BANYUWANGI
SALAM TOURING, 22 AGUSTUS 2012 & 02 JANUARI 2014
Gunung Gumitir (dialek Jawa: gumitèr) merupakan sebuah gunung yang terletak di wilayah perbatasan antara Kabupaten Jember dengan Kabupaten Banyuwangi, lebih tepatnya antara kecamatan Silo dengan kecamatan Kalibaru, Provinsi Jawa Timur.[1][2][3] Gunung ini terkadang juga disebut dengan nama Gunung Mrawan (bukan desa Mrawan).
Sejak zaman dulu, jalan raya di Gunung Gumitir telah menjadi jalur penghubung terpendek antara Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi.
Gunung Gumitir dipilih sebagai jalur penghubung, karena memiliki
ketinggian paling rendah di antara deretan pegunungan yang lain, dari Gunung Raung (utara) hingga Gunung Kidul (selatan).
Gumitir, gemitir, kumitir, atau kemitir merupakan nama tanaman Tagetes erecta yang memiliki bunga berwarna kekuningan. Di Bali, bunga gumitir banyak digunakan untuk membuat sesajen (canang sari).[4] Dalam kepercayaan Jawa kuno, alang-alang kumitir merupakan nama kahyangan dari Sang Hyang Wenang.[5][6]
Menurut legenda yang beredar di kalangan masyarakat, terutama penduduk kabupaten Banyuwangi, nama gumitir berasal dari kisah Damar Wulan.
Setelah Damar Wulan berhasil membunuh dan memenggal kepala Menak
Jinggo, ia bertemu Layang Seta dan Layang Kumitir, putra kembar patih
Logender, di tengah jalan. Keduanya berhasil menipu Damar Wulan dan
merampas kepala Menak Jinggo.[7] Gunung tempat keduanya menipu Damar Wulan akhirnya dikenal dengan nama Gunung Kumitir atau Gunung Gumitir.[8]
Sarana yang disediakan oleh Café Gumitir adalah sebagai berikut:[17]
- Permainan Outbound (spider web, jumping dot, jembatan elvis), Flying Fox.
- Kereta wisata dan kendaraan Willys mengelilingi wilayah PTPN XII Gunung Gumitir.
- ATV
- Berkuda.
- Area bermain anak, area perkemahan, lapangan olah raga.
- Live music.
- Mushola dan gedung pertemuan dekat pabrik pengolahan kopi.
PTPN XII mendirikan "Café & Rest Area Gumitir" yang mulai
beroperasi pada tanggal 14 Maret 2010 sebagai salah satu bentuk
optimalisasi lahan perkebunan BUMN tersebut, selain tetap fokus dalam
bisnis komoditas utama yaitu kopi, karet, kakao, teh, dan kayu-kayuan.
Area café yang semula hanya satu 1 hektar terus dikembangkan menjadi 3
hektar dengan laba yang terus meningkat, yaitu sebesar Rp1,7 miliar
(2011) menjadi sekitar 2 miliar (2012).[17][18]
Salah satu daya tarik Café & Rest Area Gumitir adalah kursi kayu raksasa dari kayu kayu Segawe (Adentahera microsperma) untuk tempat berteduh dan gardu pandang. Kursi ini berukuran 3x3 m², tinggi alas 2,5 meter, dan tinggi sandaran 5,3 meter.[17]
Kawasan hutan Gumitir merupakan habitat bagi monyet.
Sekitar tahun 1990an, banyak penduduk sekitar yang menangkap monyet
untuk dijual. Hal tersebut menyebabkan komunitas monyet di Gunung
Gumitir menjadi berkurang dan tidak pernah terlihat berkeliaran bebas di
tepi-tepi jalan seperti sebelumnya. Setelah ada pengawasan ketat dari
Perhutani, komunitas monyet di Gunung Gumitir kembali meningkat meskipun
sangat jarang dapat ditemui di tepi jalan.
Courtesy Dari : Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar